Apa sungai yang begitu populer di tanah Jawa? Bengawan Solo adalah jawabannya. Sungai ini punya 4 fakta menarik yang harus Anda tahu, dari tempat tinggalnya manusia purba sampai lagu yang ngetop sampai Jepang.
Kalau di Kalimantan ada Sungai Kapuas, maka di Jawa ada Sungai Bengawan Solo yang sangat tersohor di kalangan traveler. Sungai Bengawan Solo punya panorama cantik, sejarah dan beberapa kisah yang terjadi di sana.
Disusun detikTravel, Kamis (24/4/2014) berikut 4 fakta menarik di Sungai Bengawan Solo:
1. Sungai terpanjang di Pulau Jawa
Tahukah Anda, Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa. Sungai ini mengalir sepanjang 540 kilometer dengan bermata air di daerah Wonogiri menuju muaranya di Laut Jawa, dekat kota Gresik.
Sungai Bengawan Solo pun melintasi 20 kabupaten dan kota di Jateng dan Jatim. Wilayah di Jawa Tengah yang dilalui sungai tersebut adalah Wonogiri, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Sragen, Blora, Rembang, dan Surakarta.
Sedangkan di wilayah Jawa Timur, Sungai Bengawan Solo melintasi Ngawi, Magetan, Ponorogo, Madiun, Pacitan, Bojonegara, Tuban, Lamongan, Gresik, dan Surabaya.
Sungai Bengawan Solo pun melintasi 20 kabupaten dan kota di Jateng dan Jatim. Wilayah di Jawa Tengah yang dilalui sungai tersebut adalah Wonogiri, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Sragen, Blora, Rembang, dan Surakarta.
Sedangkan di wilayah Jawa Timur, Sungai Bengawan Solo melintasi Ngawi, Magetan, Ponorogo, Madiun, Pacitan, Bojonegara, Tuban, Lamongan, Gresik, dan Surabaya.
2. Tempat tinggalnya manusia purba
Di mana ada sungai, di situ ada kehidupan manusia. Di sekitar Sungai Bengawan Solo, ternyata jadi tempat tinggal manusia purba pada 2 juta tahun lalu!
Buktinya, ada di Sangiran yang berada di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah, atau sekitar 15 km utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo. Sangiran ini merupakan situs bersejarah karena banyak tersimpan peninggalan manusia purba seperti Homo erectus dan Meganthropus palaeojavanicus. Sungai Bengawan Solo memang jadi aksi bisu tentang perkembangan manusia purba pada jutaan tahun silam.
Di bagian hulu sungai, kita bisa mendapatkan gambaran tentang periode paleolitik (masa berburu tingkat sederhana), preneolitik (zaman batu), dan neolitik (masa bercocok tanam). Tak heran, banyak fosil, prasasti, tembikar dan lainnya yang ditemukan di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo.
Buktinya, ada di Sangiran yang berada di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah, atau sekitar 15 km utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo. Sangiran ini merupakan situs bersejarah karena banyak tersimpan peninggalan manusia purba seperti Homo erectus dan Meganthropus palaeojavanicus. Sungai Bengawan Solo memang jadi aksi bisu tentang perkembangan manusia purba pada jutaan tahun silam.
Di bagian hulu sungai, kita bisa mendapatkan gambaran tentang periode paleolitik (masa berburu tingkat sederhana), preneolitik (zaman batu), dan neolitik (masa bercocok tanam). Tak heran, banyak fosil, prasasti, tembikar dan lainnya yang ditemukan di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo.
3. Mendunia dengan lagu ciptaan Gesang
"Bengawan Solo, riwayatmu kini, sedari dulu jadi perhatian insani. Musim kemarau, tak seberapa airmu, di musim hujan air, meluap sampai jauh."
Itulah sedikit lirik dari lagu 'Bengawan Solo' yang diciptakan oleh Gesang Martohartono, seorang seniman yang melegenda. Lagu itu diciptakan tahun 1940, saat Gesang berusia 23 tahun. Lirik lagunya sangat sederhana, menggambarkan nuansa nostalgia dengan Sungai Bengawan Solo. Lagu yang begitu terkenal di Indonesia dan tak pernah ditelan zaman.
Apalagi, lagu 'Bengawan Solo' ciptaan Gesang ternyata sudah mendunia. Setelah Perang Dunia II, pasukan Jepang yang kembali ke negaranya membawa lagu ini dan sangat terkenal di Negeri Sakura. Usut punya usut, lagu itu juga populer di Rusia.
Kalau Anda traveling ke Sungai Bengawan Solo, coba dengarkan lagu ciptaan Gesang tersebut. Resapi tiap liriknya sambil memandangi Sungai Bengawan Solo yang mengalir panjang.
Itulah sedikit lirik dari lagu 'Bengawan Solo' yang diciptakan oleh Gesang Martohartono, seorang seniman yang melegenda. Lagu itu diciptakan tahun 1940, saat Gesang berusia 23 tahun. Lirik lagunya sangat sederhana, menggambarkan nuansa nostalgia dengan Sungai Bengawan Solo. Lagu yang begitu terkenal di Indonesia dan tak pernah ditelan zaman.
Apalagi, lagu 'Bengawan Solo' ciptaan Gesang ternyata sudah mendunia. Setelah Perang Dunia II, pasukan Jepang yang kembali ke negaranya membawa lagu ini dan sangat terkenal di Negeri Sakura. Usut punya usut, lagu itu juga populer di Rusia.
Kalau Anda traveling ke Sungai Bengawan Solo, coba dengarkan lagu ciptaan Gesang tersebut. Resapi tiap liriknya sambil memandangi Sungai Bengawan Solo yang mengalir panjang.
4. Kisah pesawat water landing di Indonesia
Tahukah Anda, Sungai Bengawan Solo masuk dalam catatan sejarah penerbangan Indonesia. Di sungai inilah pada tahun 2002, pesawat Garuda Indonesia Boeing 737 dengan rute Mataram-Yogyakarta melakukan water landing (pendaratan di air).
Kronologinya, saat itu pesawat Garuda sedang terbang di atas Purwodadi dan terjadi cuaca yang buruk. Apalagi, ternyata saat itu mesinnya mati karena ada es. Pilot sudah melakukan prosedur untuk menyalakan mesin, tapi mesin gagal tidak bisa hidup lagi!
Abdul Rozak, pilot pesawat Garuda tersebut lantas melakukan pendaratan darurat di Sungai Bengawan Solo di wilayah Solo. Pilot pun melakukan semua prosedur untuk melakukan water landing. Kecepatan pesawat kala itu mencapai sekitar 250 km/jam. Perencanaan yang matang dan prosedur yang dilakukan dengan tepat, membuat 155 penumpang di dalamnya selamat.
Mengapa terbilang water landing yang sukses? Karena korban sangat minim dan prosedur evakuasi dilakukan sesuai standar. Hanya 1 korban yang tewas yakni pramugari, dia meninggal akibat duduk di ekor pesawat dan ketika itu ada batu sungai yang menyobeknya sehingga mengenai pramugari.
Kronologinya, saat itu pesawat Garuda sedang terbang di atas Purwodadi dan terjadi cuaca yang buruk. Apalagi, ternyata saat itu mesinnya mati karena ada es. Pilot sudah melakukan prosedur untuk menyalakan mesin, tapi mesin gagal tidak bisa hidup lagi!
Abdul Rozak, pilot pesawat Garuda tersebut lantas melakukan pendaratan darurat di Sungai Bengawan Solo di wilayah Solo. Pilot pun melakukan semua prosedur untuk melakukan water landing. Kecepatan pesawat kala itu mencapai sekitar 250 km/jam. Perencanaan yang matang dan prosedur yang dilakukan dengan tepat, membuat 155 penumpang di dalamnya selamat.
Mengapa terbilang water landing yang sukses? Karena korban sangat minim dan prosedur evakuasi dilakukan sesuai standar. Hanya 1 korban yang tewas yakni pramugari, dia meninggal akibat duduk di ekor pesawat dan ketika itu ada batu sungai yang menyobeknya sehingga mengenai pramugari.