Tiket Pesawat Murah

Tiket Pesawat Murah

Wisata Museum di Singapura, Fun!


SELAIN memberikan pengalaman, berwisata ke museum juga menambah pemahaman terhadap banyak hal baru. Karena dikemas dengan fun, meseum pun jauh dari kesan membosankan.

Seperti yang terlihat dalam Essential Eames: A Herman Miller Exhibition di ArtScience Museum, Marina Bay Sands, Singapura. Aneka perabot modern, playful, dan sophisticated benar-benar memanjakan mata para pengunjung museum.

Syukurlah, perjalanan saya bersama teman-teman yang telah dipersiapkan sejak empat bulan sebelumnya itu terwujud. Selasa (3/9) silam, akhirnya kami bertiga berangkat ke Singapura memanfaatkan jatah libur kuliah.

Tujuan utama kami adalah melihat pameran Mummy: Secrets of the Tomb milik British Museum di ArtScience Museum, Marina Bay Sands, Singapura. Langit Singapura sudah gelap ketika kami menginjakkan kaki di sana. Tidak hanya karena delay saat berangkat dari Jakarta, di Bandar Udara Internasional Changi Singapura pun pesawat kami butuh waktu lama mendarat, yang menurut pilot karena ”perubahan arah angin”.

Seharusnya hostel tempat kami menginap letaknya tidak jauh dari Kallang MRT Station. Setidaknya itu yang kami lihat di peta. Namun, setelah sampai di Kallang, kami justru disarankan untuk menuju Stasiun Lavender dan mencapai Lavender Street.

Namun, kami tidak menemukan apa yang kami cari. Tidak ada yang tahu Lavender Street maupun Moni Gallery Hostel. Padahal Kami tidak malu bertanya, tapi kenapa tetap sesat di jalan?

Untunglah, akhirnya ada seorang ibu yang memberi arahan tepat. Setelah berjalan melewati beberapa blok sambil membawa tas cukup berat, tiba juga kami di hostel yang sudah kami bookingitu.

Hari pertama kami di Singapura berakhir begitu saja. Cuaca di negara yang memisahkan diri dari Malaysia sejak 9 Agustus 1965 ini memang sedang tidak bersahabat. Selama tiga hari di sana, aktivitas kami setiap pagi selalu disertai guyuran hujan.

Namun, hari kedua kami bersemangat untuk segera mencapai ArtScience Museum. Nah yang kami tuju memang pameran Mummy: Secrets of the Tomb. Setibanya di sana, ternyata ada dua pameran lain yang sedang berlangsung, yaitu Essential Eames: A Herman Miller Exhibition dan 50 Greatest Photographs National Geographic.

Tanpa pikir panjang, dengan membayar SGD28 (Rp250.000), kami mengunjungi ketiganya. Ini pertama kalinya saya mengunjungi museum yang sangat serius menggarap sebuah pameran.

Fisik bangunan yang kerap dijaga dengan tata pamer yang apik sehingga membuat pengunjung seperti kami betah berlama-lama di dalamnya. Mummy: Secrets of the Tomb sungguh menarik.

Pada 2004, British Museum menggunakan teknologi yang disebut virtual unwrapping untuk meneliti mumi berusia 3.000 tahun. Mumi itu adalah seorang pendeta bernama Nesperennub. Denganvirtual unwrapping, para ilmuwan menggunakan teknologi CT scanning terbaru dan visualisasi komputer untuk melihat isi di dalam mumi tanpa perlu sedikit pun mengoyak permukaan mumi.

Proyek inilah yang diceritakan di Mummy: Secrets of the Tomb. Termasuk juga tentang kisah hidup, bagaimana ia meninggal, serta rekonstruksi penampilan wajah Nesperennub melalui tayangan tiga dimensi (3D). Integrasi teknologi ke dalam sejarah seperti ini tentu sangat menarik.

Pergi ke museum bukan lagi jadi aktivitas membosankan. Sebaliknya, begitu fun dan memberi banyak sekali pengalaman dan pengetahuan baru. Pameran selanjutnya, Essential Eames: A Herman Miller Exhibition, juga tidak kalah menarik. Khususnya bagi pencinta desain dan furnitur. Ada 100 artefak karya pasangan Charles dan Ray Eames.

Bagi kalian yang belum tahu, Charles dan Ray Eames adalah pasangan suami-istri desainer yang sama-sama jenius, terutama dalam mendesain furnitur. Hasil desain mereka modern, playful, sophisticated, cantik, juga simpel. Karya mereka telah menginspirasi banyak sekali desainer dari seluruh dunia.

Sementara itu, pameran 50 Greatest Photographs National Geographic yang digelar pertama kalinya di Asia Tenggara menampilkan pengalaman fotografi dari 50 karya foto terbaik yang pernah dimuat di majalah National Geographic. Mumpung masih berada di kawasan Marina Bay Sands, kami menikmati pemandangan Gardens by the Bay, juga mampir ke Pantai Siloso dan Pantai Palawan di Pulau Sentosa.

Hari itu kami menghabiskan malam di hostel sambil bermain gitar dan makan mi instan. Pada hari ketiga, rencananya memang kami mengunjungi Orchard Road, Chinatown, dan Little India.

Namun, sebelum ke Little India, kami menyempatkan diri ke National Museum of Singapore karena tertarik dengan iklan pameran Princely Treasures from the House of Liechtenstein di Stasiun MRT Dhoby Ghaut. Apalagi ada keuntungan bagi para pelajar yang ingin masuk ke museum tersebut. Hanya dengan menunjukkan kartu pelajar, maka kami mendapat potongan harga hampir 50%, yakni membayar SGD5,50 dari harga normal SGD10.

Pameran yang berlangsung pada 27 Juni 2013 hingga 29 September 2013 ini menampilkan 91 artefak berupa lukisan, ukiran, dan patung yang berasal dari masa Renaisans, Barok, Neoklasik, dan Biedermeier. Kami juga melihat ruang koleksi film dan wayang, serta mode di bagian Singapore Living Galleries.

Hari itu diakhiri dengan melanjutkan perjalanan ke Little India, tepatnya di pusat perbelanjaan Mustafa yang terkenal lengkap dan murah. Tentu saja kami tidak lupa berbelanja sebelum kembali ke Tanah Air. Liburan singkat kami yang lebih banyak dihabiskan di museum ternyata sangat menyenangkan.

Sumber

This entry was posted in . Bookmark the permalink.

Leave a reply